Imam Ghozali, Dosen STAIN Bengkalis
Entah kenapa Kiai Shodiq selalu saja menelpon saya untuk ikut Umroh. Saya sedikit bimbang; pertama di akhir tahun kegiatan Kampus cukup padat. Ada beberapa kegiatan yang tidak boleh ditinggal berkaitan dengan kerja sama di P3M. apalagi ada 4 draf buku yang harus diselesaikan diakhir bulan Desember. Selain itu, kegiatan seminar ilmiah baik internal Kampus, atau di Kampus-Kampus lain pun masih ada tiga jadwal dan harus diselesaikan on time. Belum tiga SK dari Kampus diberikan kepada saya berupa kegiatan jadi Dewan Hakim Juri Inovasi dan Juri Karya Ilmiah. Semuanya tingkat Kabupaten Bengkalis. Kedua, beberapa bulan lalu kata dokter saya terkena Vertigo, mumet orang ketulungan, badan sempoyongan, dan terasa lemah. juga, Telinga pun sakit. Kata Dokter dua telinga terkena infeksi. Jadi sekitar hampir setengah bulan, saya harus berobat dan sering keluar masuk Rumah Sakit. Sampai-sampai saya malu karena sering tidak masuk kuliah. Kadang sampai bingung kalau mahasiswa SMS via WA, sebab kalau alasan sakit, kok tidak sembuh-sembuh. Tapi memang kenyataanya demikian.
Saya masih mempertimbangkan, apakah saya mampu melaksanakan Umroh dalam kondisi tubuh yang sering sakit-sakitan. Saya hanya khawatir, jangan sampai saya malah jadi merepotkan orang lain gara-gara keadaan yang kurang sehat. Namun, satu sisi pun tidak enak juga ketika ajakan Kiai Shodiq tidak segera dijawab. Akhirnya dengan segala pertimbangan, diskusi dengan istri dan doa orang tua serta mertua akhirnya memutuskan untuk ikut Umroh di bulan Desember 2022. Saya berharap kepada Allah, semoga saya diberi kekuatan melaksanakan Umroh, pergi pulang sehat dan selamat serta ibadah dan amal sholeh sekecil apapun diterima di sisi Allah S.W.T.
Bagi saya sekarang memang sandaranya selain memohon wasilah doa dari orang lain, juga semaksimal mungkin berdoa kepada Allah dalam melaksanakan ibadah suci ini. Disebut ibadah suci, karena ibadah Umroh adalah ibadah adalah ibadah yang membutuhkan seluruh potensi tubuh; akal pikiran, emosional, hati, dan tenaga. Saya kira, tidak ada yang bisa menolong secara totalitas kecuali adalah Allah s.w.t.
Apalagi saya mendengar kawan-kawan dan dari Tim Pemilik Travel bahwa bulan ini Madinah dan Mekah lagi musim dingin. Suhu sekitar 220C. informasi lainya ada yang mengatakan 120C. Bagi saya ini sudah sangat dingin sekali apabila dibandingkan dengan di Kabupaten Kepulauan Meranti yang suhu biasanya 290C. itupun terasa dingin dan kadang harus menunda mandi pagi. Kalau toh ingin mandi pagi biasanya masak air hangat dulu. Biasanya istri saya menyiapkan air hangat untuk mandi pagi.
Jika benar, saya sudah membayangkan bahwa pada suhu sedingin itu, saya bisa jadi jarang mandi dan gampang kembung. Biasanya jika sudah kembuh dan tidak bisa buang angin, ujung-ujungnya muntah. Kalau sudah muntah, biasanya badan terasa sakit dan demam. Semoga tradisi demikian tidak terjadi ketika melaksanakan ibadah umroh. Semoga Allah memberi kekuatan untuk bisa menjalankan ibadah umrah dengan baik dan sukses.
Ibadah Umroh sebagaimana ibadah haji adalah ibadah paket kumplit. Ibadah ini merupakan Madrasah Kehidupan. Ia mengandung unusr-unsur sebagai berikut; syahadat, sholat, puasa dan zakat. Sebagai realisasi syahadat, Umroh memang harus mampu menterjemahkan makna tauhid bukan sebatas konsep dalam lafadz Laa Ilaha Illa Allah dalam ucapan lisan semata, tapi harus mampu merealisasikan dalam cara berfikir dan berperilaku dalam cahaya ilahiyah. Dari sini kita menyadari bahwa semua perjalanan yang kita lakukan adalah sudah di desain oleh Allah dalam wujud yang beragam. Dan seluruh struktur tubuh harus bisa menerima nya dengan ikhlas.
Begitu juga umroh sebagai bayang-bayang dari sholat yang mempunyai arti bahwa sholat yang sering kita lakukan secara seremonial yang hanya sebatas memenuhi administrasi ibadah wajib sudah tidak bisa lagi dilaksanakan saat umroh. Kita harus belajar dan kalau bisa membiasakan diri sholat kita mampu melahirkan manisnya ibadah sehingga mampu melihat segala kehidupan dan segala kejadian sebagai wujud kedalaman makna dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. jadi, pikiran dan kedalaman hati sudah tidak ada kesempatan lagi untuk melahirkan penyakit-penyakit hati yang diwujudkan dalam bentuk berprasangka jelek, takabur, merasa hebat, sholeh, dan sejenisnya. Bahkan kekuatan hati pun mampu menahan ucapan-ucapan yang tidak baik, dan berganti dengan ucapan-ucapan yang memberi manfaat, terutama untuk diri sendiri dan kalau bisa memberi manfaat kepada orang lain.
Sebagai realisasi puasa, Umroh mampu menahan dhohiron wa batinan segala yang membatalkan sikap sumeleh, keikhlasan, dan kema’rifatan kepada-Nya. Umroh mampu menterjemahkan makna sahur dan makna puasa bukan sebatas mampu menahan lapar dan dahaga karena ada persoalan teknis berkaitan dengan makan dan minum atau lainya karena mungkin ada human eror, tapi juga mampu menyelami lebih dalam lagi, sehingga mampu berpuasa dalam keramaian atau orang khos mengatakan “berpuasa saat tidak berpuasa”. Makna ini mengisyaratkan bahwa Umroh benar-benar mampu menutup pintu hati dari debu-debu yang tidak bermanfaat dan masuk sinar-sinar mahabah kepada allah dan rasul-nya.
Umroh juga menjadi perwujudan nilai-nilai zakat, yaitu lahirnya jiwa kemanusiaan saat dalam keadaan susah dan senang. Umroh adalah cermin pribadi yang agung ketika melihat fenomena akbar dengan beragam persoalan jamaah yang kadang menimbulkan persoalan, namun kita mampu tampil sebagai bagian dari mereka untuk senantiasa hadir memberi rasa aman dan damai bagi sesama jamaah.
Dari sini umroh sebenarnya umroh dan haji ditempatkan sebagai penutup rukun Islam. Sebab saat Umroh atau haji benar-benar diterapkan akan melahirkan manusia baru, yaitu manusia yang sering disebut insanul kamil yang dalam kontek sosial sering disebut dengan tamadun atau hadarah. Ciri-ciri yang sederhana dalam konsep tamadun yaitu sikap dan perbuatan yang mampu memanusiakan manusia. Bukankah itu puncak tertinggi dalam beragama?