Taman Surga

Bagikan :

Imam Ghozali, Dosen STAIN Bengkalis

Salah satu keinginan pergi ke Madinah yaitu ziarah ke makam rasulullah dan sekaligus ke Raudhah. Alhamdulillah terkabul. Pada hari rabu malam kamis sekitar jam 12 malam saya bersama rombongan Umrah dari Kepulauan Meranti bisa ziarah ke Raudhah. Tempat ini sangat istimewa. Ini bagian dari tempat yang mulia baik dilihat dari aspek sejarah dan kualitas ibadah serta terkabulnya doa para umat Rasulullah di tempat tersebut. Dilihat dari aspek sejarah, Raudhah merupakan area yang terletak di antara Rumah Rasululllah S.A.W dan Mimbar yang beliau gunakan untuk berdakwah. Namun seiring perjalanan waktu, Masjid Nabawi mengalami perluasan, sehingga saat ini Raudhah terletak di dalam Masjid. Lokasi inilah yang menjadi tempat bagi jamaah Haji dan Umrah untuk beribadah serta memanjatkan doa. Sedangkan dari aspek ibadah dan kemustajaban doa, Nabi menyebut tempat ini sebagai “Pertamanan Surga” diyakini sebagai tempat yang semua menjadi ibadah dan mendapatkan ketenangan batin sehingga ada kesadaran diri senantiasa ingat kelezatan balasan Surga di Akherat. Jika di Akherat nanti umat nya Rasulullah mendapatkan fasilitas Surga tanpa bertepi, maka di Dunia Surga umat nya yaitu berupa ketenangan batin yang luasnya bagai lautan tiada tepi.

Ada hadist riwayat Ahmad, Abi Khuzaimah dan Hakim menceritakan tentang keutamaan Masjid Nabawi sebagai berikut: “ Sholat di Masjidku lebih utama 1000 kali dibandingkan sholat di Masjid yang lain, kecuali Masjid Haram. Sholat di Masjid Haram lebih utama 100.000 kali lipat daripada Masjid lainnya.” Lalu ada hadist yang berkaitan dengan Raudhah ada hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: “Antara Rumahku dan Mimbarku terdapat Taman di antara Taman Surga.”

Dua hadist ini menjadi dasar menyakini bahwa berdoa di tempat yang mulia ini mustajab. Saya sendiri menyakini hal tersebut. Maka ketika memasuki area Raudhah, saya belajar membersihkan hati, entah berhasil apa tidak, saya pun tetap berusaha menutup pintu-pintu hati dari penyakit-penyakit hati dan membuka pintu kedamaian dengan seluruh Alam Semesta. Di Raudhah saya mencoba memadukan Jasmani dan Ruhani untuk menghayati suasana yang sakral melalui berbagai kegiatan; sholat sunnah hajat, mengagungkan Allah dan Rasul-Nya, dan terus membaca sholawat kepada Muhammad yang agung. Lalu saya tutup dengan berdoa kepada Allah.

Namun teknik penyatuan jasmani dan ruhami yang telah saya lakukan baru sampai tahap terharu dan hampir saja menangis. Ini mungkin karena ruangan tersebut, banyak umat Rasul yang menangis. Saat keluar dari tempat tersebut, jamaah seperti dari Sudan, Turki dan Negara-Negara Timur Tengah memandang Makam Rasulullah. Saya melihat satu-persatu wajah nya, ada wajah yang sangat rindu mendalam kepada Rasulullah, sehingga tetesan air mata tidak bisa dihindarinya. Saya melihat wajah mereka, seolah berharap sangat mendalam untuk bisa memegang Dinding Maqam Rasul, masuk di Raudhah dan menumpahkan seluruh kerinduan kepadanya. Laksana perjumpaan dua orang kekasih yang telah memendam rindu terlalu dalam, tangisan pun tidak bisa dihindari.

Saya sendiri yang membaca batiniah wajah-wajah mereka pun ikut hanyut dalam luapan rindu kepada nabi Muhammad s.a.w. hampir saja, air mata tumpah sebagaimana mereka. Tapi, saya mencoba menguatkan hati, saya berbicara sendiri dalam hati agar jangan sampai menangis di tempat tersebut. Tapi, guncangan mahabah yang sangat hebat, yang akhirnya jebol juga. Rembesan air mata membasahi celah-celah mata yang sayu. Akhirnya saya pun menyapa Rasulullah:: “Wahai kekasihku, umat mu yang satu ini banyak dosa, saya sebenarnnya malu di hadapanmu dengan membawa banyak kotoran maksiat, tapi saya rindu sangat mendalam dan ingin memadu kasih dengan mu, dan bercengkrama walaupun masih secara imajiner dengan mu di malam ini. Ya Rasul, terimalah salam kami, dan izinkan senantiasa untuk mencintai mu sepanjang hayat hidupku.”

Lautan manusia laksana acara Renungan Malam Akbar. Ada tangisan dan rindu yang mendalam kepada Nabi dari ribuan umat nya yang antri ingin bertemu nya telah membuat hati terasa damai. Kenikmatan Masjid Nabawi dan Raudhah tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan Dunia, bahkan semua menjadi kecil saat melihat keagungannya. Saya pun memuji kepada Allah, karena mendapat panggilan untuk berjumpa dengan kekasih teragung Nabi Muhammad s.a.w. Entah kapan bisa berjumpa lagi dengan nya. hanya doa yang kupanjatkan, semoga Allah mempertemukan lagi Ziarah ke Makam Nabi Muhammad S.A.W. Amin.

Labaik Allahuma Labaik.


Bagikan :

Vijian Faiz

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

Jatuh Cinta di Masjid Nabawi

Fri Dec 9 , 2022
Bagikan :Imam Ghozali, Dosen STAIN Bengkalis Sholat subuh pertama di Masjid Nabawi masih terasa dingin. Hembusan angin kering sangat terasa  masuk ke telinga. Untung saja, saya menggunakan baju tiga lapis, dan menggunakan kaus kaki, dingin pun sedikit berkurang. Waktu itu sempat berfikir, kalau sampai hanya satu lapis, pagi itu saya […]

Baca Juga