Hari ini saya menyaksikan kasih-sayang kedua orang tua kepada anaknya yang sedang sakit parah. Keduanya bersedih sangat mendalam. Tidak enak makan, minum dan tidak bisa tidur. Mata mengantuk, namun tidak bisa dipejamkan. Saat bisa tidur, sebentar bangun lagi. Itupun bangunya tidak normal. Seperti orang terkaget, namun tidak tahu penyebabnya. Ngantuk hilang. Badan lesu, lemah, dan kepala pusing. Pikiran menjadi kosong, bingung tapi tidak bisa dijelaskan dengan kalimat. Lebih parah lagi, sang ibu. Bibirnya bergetar, terdengar suara benturan gigi, akibat seluruh badan menggigil karena ada rasa dingin dan pusing yang teramat dalam. Gonjangan batin, dan kalutnya pikiran telah menurunkan daya tahan tubuh yang menyebabkan sang ibu pun jatuh sakit. Semua ini karena wujud kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya.

Bagi anak-anak yang saat sekarang ini sudah menjadi seorang ayah atau ibu, maka akan merasakan bahwa segala apa yang kita lakukan hanya untuk kebahagiaan anak-anaknya. Sama sebagaimana kita saat anak-anak, kita tidak merasakan arti sebuah perjuangan dan pengorbanan orang tua. Saat ini kita mulai merasakan, bahwa anak-anak kita sering acuh terhadap kebaikan kita sebagai orang tua. Bahkan kadang ucapan dan perilakunya menyakitkan hati. Bicaranya kasar, tidak sopan. Saat kita membutuhkan bantuannya, mereka pun kadang pergi sibuk dengan urusan mereka. Atau kadang mereka mau melaksanakan tugas yang diberikan kita, tapi mereka mengerjakan dengan asal-asalan tanpa merasa berdosa sama sekali. Namun saat anak-anak demam, mereka langsung menangis meminta bantu kepada kita sebagai orang tua. Kita pun harus menjaga dengan sabar. Tidur kurang, selera makan menurun, dan uang di tabungan pun habis untuk berobat anak-anak mereka dengan harapan bisa sembuh sedia kala.

Kita sangat susah memberi pemahaman terhadap anak-anak kita tentang arti membahagiakan orang tua. Sebab mereka belum memahami arti tersebut. Mereka masih seperti bibit pohon yang terlindung oleh pohon besar, sehingga tidak merasakan panas akibat sengatan sinar matahari. Namun saat orang tua sudah meninggal dunia, saat kita sebagai orang tua telah tiada, anak-anak kita baru menyadari arti pentingya orang tua di sekitar anak-anaknya. Diantara mereka ada yang menyesal karena tidak bisa berbuat baik saat masih hidup. Namun nasi telah menjadi bubur, keterlambatan tidak berbuat baik kepada orang tua merupakan suatu kesalahan dan akan menjadi penyesalan sepanjang hayat.
Sakitnya orang tua kita sama sebagaimana kita disakiti oleh anak-anak kita. Sama. Kadang orang tua kita menangis, grundel, dengkol dan marah kepada kita sebagai anak-anaknya, tapi kita tidak menyadarinya. Dan saat grundelnya atau sedihnya orang tua akibat perilaku kita, Tuhan pun mendengar ucapan orang tua kita sebagai ucapan yang mustajab. Akibatnya, ucapan-ucapan yang terkadan tidak baik, tidak pantas pun terbukti dalam kehidupan. Anak-anaknya menderita sepanjang hayat akibat ucapan orang tua yang telah dianiaya oleh anak-anaknya.
Kita hari ini sebagai orang tua tetap setatusnya sebagai anak-anak orang tua kita. Kita mungkin sudah berumur 30-an, 40-an, bahkan 60-an tahun, namun saat kita di depan orang tua, mereka menganggap kita masih seperti anak kecil. Perasaan ini sama sebagaimana kita kepada anak-anak kita saat mereka sudah berkeluarga. Orang tua kita masih ingat saat makan dengan lauk kesukaan kita, mereka pun berhenti makan dan memerintah kepada ayah kita untuk mengantar sebagian lauk kepada anak-anaknya.

Kita dan orang tua kita mempunyai prinsip yang sama, ingin anak-anaknya bahagia. Namun kadang kita merasa bahwa anak-anak kita tidak mau tahu kondisi batiniah kita. Mereka cuek bebek, seperti kita saat masih kecil pun atau malah sudah menjadi ayah atau ibu sekalipun terkadang kurang memperhatikan orang tua yang telah melahirkan kita ke dunia.
Allah telah berfirman : Saat kita berbuat baik, maka kebaikanya untuk dirinya sendiri. Saat kita bisa memulyakan orang tua kita, maka sebenarnya ini adalah tabungan masa depan. Sebab saat kita sudah tua, maka kebaikan kita saat masih anak-anak akan dibalas kebaikan kita oleh anak-anak kita. Namun saat kita tidak bisa berbuat baik kepada orang tua, berarti kita sedang mengajarkan kepada anak-anak kita untuk durhaka kepada diri kita sendiri.
Ya Allah, berilah kekuatan kepada jasad dan hati kami untuk senantiasa berbakti kepada orang tua, dan mampu memulyakan dan membahagiakan dia saat masih hidup. Ya Allah, jadikan kami ini orang yang bisa menjadi penghibur orang tua saat sedih, dan menjadi jalan kita mendapatkan ridha orang tua dalam kalam-kalam doa nya.