Imam Ghozali, Dosen STAIN Bengkalis
Tempat yang paling menyenangkan saya ketika naik Kapal Dumai Line yaitu tempat duduk yang dekat dengan tempat “colokan” HP. Bagi saya tempat duduk ini paket kumplit; dekat TV, bisa nge-cas HP atau Laptop. Ketika sudah ada yang duduk, dan di tempat duduk ada Tas, saya pun langsung tanya kepada orang tersebut tentang status tempat duduk tersebut, jika kosong saya pun mengambil posisi tempat duduk disitu.
Kebetulan hari ini saya mendapatkan satu Kursi. Sebelah kanan seorang laki-laki kekar berambut panjang. Kelihatanya melakukan perjalanan jauh. Setelah berjalan beberapa menit, dia pun mengeluarkan “bontrotan” Nasi Bungkus. Ternyata ramah juga, tidak sesuai dengan wajah nya sebagai bodyguard. Sebelah kiri ada seorang perempuan keturuan Tionghoa. Mungkin Amoy, soalnya masih muda dan lumayan cantik, terutama senyumnya. Hari ini memang saya sangat beruntung, sebelah kanan-kiri semuanya ramah. Sehingga tidak terasa jam sudah menunjukan waktu 12.35 WIB.
Saya bergegas pergi ke WC, ingin berwudhu. Namun karena hari ini cukup banyak yang antri, saya pun mengalah, menunggu para penumpang berwudhu. Setelah terlihat longgar, saya pun mengambil air wudhu. Namun karena tempat sholat nya kecil, saya pun lagi-lagi harus antri sampai jam 13.20 menit baru bisa sholat. Selesai sholat, saya ngobrol dengan seorang bapak yang rencana pergi ke Dumai.
“Pak Rambutnya bercahaya” kata ku kepada bapak tadi yang rambutnya sudah 65 persen sudah berwarna putih, termasuk Kumis dan Jenggotnya. Mendengar ucapan saya, bapak tadi pun tertawa renyah.
“ Benar pak, dulu rambutnya hitam, sekarang sudah putih. Itu artinya Allah telah memberi tanda bahwa semakin putih, hidup kita semakin bercahaya dan harusnya sudah meninggalkan kehidupan di dunia hitam, kikikik” jawab nya.
Kami pun tersenyum. Ternyata bapak tua tadi mempunyai kemampuan bagus menangkap pesan-pesan tersirat pada rambut. Ada pesan-pesan agung, yaitu semakin tua semakin arif dan bijaksana dalam melihat persoalan hidup, dan tidak lagi kekanak-kanakan sebagaimana dulu waktu masih anak-anak yang rambutnya masih berwarna hitam. Itu sebabnya, Nabi melarang menyemir Rambut nya dengan warna hitam. Bisa jadi itu sebagai tanda akan sifat kekanak-kanakan tadi. Biarkan saja rambut yang sudah mulai memutih di Kepala Kumis dan Jenggot sebagai materi Training Of Trainer [TOT] kehidupan. Dengan semakin banyak nya rambut berwarna putih menunjukan semakin sering TOT kehidupan. Harapanya hidup semakin mengeluarkan madu kehidupan yang bisa memberi kemanfaatan untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Nabi Muhammad s.a.w sudah dawuh dalam hadistnya, “Sebaik-baik diantara manusia yaitu yang memberi kemanfaatan bagi manusia lainnya.” Hadist ini memang tidak merujuk kepada warna rambut, bisa jadi ada yang secara genetic rambutnya tetap hitam ada juga yang sudah dari remaja rambutnya putih semua. Standar amal sholeh memang bukan karena warna Rambut, siapapun bisa menjadi terbaik di antara mereka. warna rambut adalah simbol evolusi kehidupan secara umum sebagaimana perjalanan Pohon Pisang mulai kecil sampai besar kemudian berbuah dan buahnya diambil, lalu pohonnya pun ditebang. Semua memberi manfaat, buahnya untuk kesehatan manusia, pohon nya menyuburkan tanah. Idealnya hidup demikian. Ada proses kehidupan yang harus diterima sebagai bagian siklus kehidupan yang tidak bisa dihindari.
Sebagai penutup, mari kita berdoa kebaikan untuk almarhum Prof.Dr.H. Azyumardi Azra. Saya menjadi saksi dia dalah orang baik. Rambutnya yang telah memutih telah menjadi simbol akan kehidupannya yang telah menebarkan madu kehidupan di Dunia Akademis dan Masyarakat Indonesia secara umum. Al-Fatehah.