Oleh:
Wirdatul Khasanah
NIM : 22190123313
Dosen Pengampu
Dr. H. Maghfirah, MA
Dr. Nurmin, M.Pd
PROGRAM PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2021 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah dengan judul “Peserta Didik” dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Studi Hadits dosen pengampu bapak Dr. H. Maghfirah, MA . Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang “Peserta Didik”.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Dr. H. Maghfirah, MA selaku dosen pengampu. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharapkan adanya kririk serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan di dalam makalah ini.
Pebenaan, 07 Oktober 2021
Penulis,
Wirdatul Khasanah
NIM. 22190123313
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah 1
- Rumusan Masalah 2
- Tujuan dan Manfaat Penelitian 2
BAB II PEMBAHASAN
- Pengertian Peserta Didik 3
- Keutamaan Peserta Didik 4
- Syarat-syarat Peserta Didik 7
- Karakteristik Peserta Didik 8
BAB III PENUTUP
- Kesimpulan 20
- Saran 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau kelompok yang menjalankan kegiatan pendidikan. Peserta didik merupakan unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan interaksi edukatif, ia sebagai objek sekaligus sebagai subjek pendidikan.
Dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral, karena peserta didiklah yang menjadi pokok persoalan dan sebagai tumpuan perhatian untuk diarahkan menuju suatu tujuan. Oleh karena itu untuk membentuk peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan, maka pendidikan harus disesuaikan dengan keadaan dan tingkat kemampuan peserta didik, karakteristik, minat dan lain sebagainya. Itu lah sebabnya murid merupakan subjek didik dalam pendidikan setelah guru atau pendidik (Sardiman, 2000:109).
Murid dalam pengertian pendidikan pada umumnya adalah setiap individu atau sekelompok individu yang menerima pengaruh dari seseorang atau kelompok yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan murid dalam pengertian pendidikan secara khusus adalah anak yang belum dewasa yang menjadi tanggungjawab pendidik (Barnadib, 1989:78).
Peserta didik secara kodrati adalah manusia, baik secara individu maupun sosial yang memiliki kebutuhan. Kebutuhan dasar yang harus dipenuhi serta berbagai potensi maupun disposisi untuk dididik, dibimbing dan diarahkan sehingga dapat mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan. Peserta didik merupakan “raw material” (bahan mentah) dalam transformasi pendidikan. Menurut Ramayulis (2002:101), ada empat hal yang harus diperhatikan dalam membangun raw material tersebut, yaitu potensi peserta didik, kebutuhan peserta didik, sifat-sifat peserta didik dan dimensi peserta didik yang harus dikembangkan.
Hadits sebagai kitab rujukan bagi manusia, banyak memberikan gambaran tentang proses pendidikan yang terjadi antara pendidik dan peserta didik. Oleh karena itu memahami keberadaan peserta didik dari isyarat hadits diperlukan untuk mencari format pendidikan bagi peserta didik sesuai dengan sumber tersebut. Sehingga dalam proses pendidikan akan tercipta keselarasan antara komponen pendidikan dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam upaya mencari format tersebut, maka perlu dipahami bagaimana pandangan hadits mengenai peserta didik. Rasulullah SAW, sangat memberikan perhatian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Sehingga ditemukan banyak hadits-hadits Rasulullah SAW yang membicarakan tentang mencari ilmu pengetahuan.
- Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan Peserta Didik?
- Apa saja keutamaan Peserta Didik?
- Apa saja syarat-syarat Peserta Didik?
- Bagaimana karakteristik peserta didik?
- Bagaimana hadits tentang peserta didik?
- Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui pengertian Peserta Didik.
- Untuk mengetahui keutamaan Peserta Didik.
- Untuk mengetahui syarat-syarat Peserta Didik.
- Untuk mengetahui karakteristik Peserta Didik.
- Untuk mengetahui hadits-hadits yang berkenaan tentang Peserta Didik.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Peserta Didik
Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu. Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran.[1]
Peserta didik adalah setiap manusia yang sepanjang hidupnya selalu dalam perkembangan. Kaitannya dengan pendidikan adalah bahwa perkembangan peserta didik itu selalu menuju kedewasaan dimana semuanya itu terjadi karena adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pendidik.[2]
Siswa atau peserta didik adalah salah satu komponen manusia yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar, peserta didiklah yang menjadi pokok persoalan dan sebagai tumpuan perhatian. Di dalam proses belajar mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Peserta didik itu akan menjadi faktor “penentu”, sehingga menuntut dan dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Itulah sebabnya siswa atau peserta didik adalah merupakan subjek belajar.[3]
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah setiap orang yang meluangkan waktunya untuk belajar kepada seorang pendidik. Peserta didik adalah orang yang berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun psikis. Dengan demikian ia tidak bisa disamakan dengan orang dewasa yang berukuran kecil karena mempunyai spesifikasi tersendiri.
- Keutamaan Peserta Didik
- Terhindar dari Kutukan Allah
عن أبى هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَلاَ إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلاَّ ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالاَهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ. )رواه الترمذى(
“Dari Abu Hurairah, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya dunia dan isinya terkutuk, kecuali zikrullah dan hal-hal terkait dengannya, alim (guru), dan peserta didik.”
Dari hadis di atas jelaslah bahwa salah satu yang tidak terhindar dari kutukan Allah adalah peserta didik, hal ini karena peserta didik merupakan sosok yang sedang mencari kebenaran yaitu dengan menuntut ilmu, sehingga ketika pendidik telah memiliki ilmu derajatnya akan di angkat oleh Allah swt. Hal ini tergambar dalam firman Allah dalam QS. Al-Mujadilah ayat 11 yang berbunyi:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِذَا قِيۡلَ لَـكُمۡ تَفَسَّحُوۡا فِى الۡمَجٰلِسِ فَافۡسَحُوۡا يَفۡسَحِ اللّٰهُ لَـكُمۡ ۚوَاِذَا قِيۡلَ انْشُزُوۡا فَانْشُزُوۡا يَرۡفَعِ اللّٰهُ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡكُمۡ ۙ وَالَّذِيۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَدَرَجٰتٍ ؕ وَاللّٰهُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ خَبِيۡر
Artinya: …niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Potongan ayat yang mengangkat derajat orang yang di beri ilmu di atas tidak hanya di tujukan kepada ulama saja, tetapi lebih luas juga mengacu kepada peserta didik, karena peserta didik merupakan orang sedang mencari ilmu dan ilmu tersebut merupakan pemberian Allah disamping usaha yang dilakukannya.
Sebagai pendidik harus bisa memahami dan menghargai keutamaan pada peserta didik tersebut, agar terjadinya dalam proses pembelajaran rasa saling menghargai, menghormati serta saling menyayangi.
- Menempati Posisi Terbaik
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِهَذَا الْعِلْمِ … الْعَالِمُ وَالْمُتَعَلِّمُ شَرِيكَانِ فِي الاَجْرِ وَلاَ خَيْرَ فِي سَائِرِ النَّاس.
(رواه الطبرانى)
Dari Abi Umamah, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: hendaklah kamu ambil ilmu ini. … Orang alim (pendidik) dan muta’allim (peserta didik) berserikat dalam pahala dan tidak ada manusia yang lebih baik daripadanya.
Dalam hadis diatas, dapat dipahami bahwa pendidik dan peseta didik merupakan manusia yang lebih baik. hal ini perlu diperhatikan oleh pendidik agar tidak terjadinya otoriter dalam mengajar, serta guru merasa lebih sombong di depan peserta didiknya.
Terdapat juga dalam hadis lain, yaitu:
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَفْضَلَكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ. رواه البخارى
Usman ibn Affan berkata, Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kamu adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya.
Hadis ini menjelaskan orang yang paling utama adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya. Dalam hal ini bahwa segala bentuk ilmu pengetahuan yang benar berasal atau ada dalam al-Qur’an. Maka peserta didik yang mempelajari ilmu agama akan tergolong kepada orang yang utama seperti yang katakan dalam hadis tersebut.
عن صَفْوَانُ بن عَسَّالٍ الْمُرَادِيُّ، قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ مُتَّكِئٌ فِي الْمَسْجِدِ عَلَى بُرْدٍ لَهُ، فَقُلْتُ لَهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي جِئْتُ أَطْلُبُ الْعِلْمَ، فَقَالَ:”مَرْحَبًا بطالبِ الْعِلْمِ، طَالِبُ الْعِلْمِ لَتَحُفُّهُ الْمَلائِكَةُ وَتُظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا، ثُمَّ يَرْكَبُ بَعْضُهُ بَعْضًا حَتَّى يَبْلُغُوا السَّمَاءَ الدُّنْيَا مِنْ حُبِّهِمْ لِمَا يَطْلُبُ، فَمَا جِئْتَ تَطْلُبُ؟. (رواه الطبرانى)
Shafwan ibn ‘Assal al-Muradiy berkata, Saya datang kepada Rasulullah saw, waktu itu, ia sedang berada di masjid. Saya berkata kepadanya: Ya Rasulullah! Saya datang untuk menuntut ilmu. Beliau berkata: Selamat datang penuntut ilmu. Penuntut ilmu dihargai dan disanjung oleh malaikat dan dilindunginya dengan sayapnya. Kemudian mereka belomba-lomba untuk mencapai langit dunia karena senang kepada apa yang ia tuntut. Maka kapan kamu belajar?
Hadis menggambarkan betapa mulianya orang yang menuntut ilmu sehingga Rasulullah mengatakan: “ penuntut ilmu dihargai dan disanjung serta dilindungi oleh sayap malaikat”. Hal ini karena penuntut ilmu merupakan orang yang ingin mencari hakikat kebenaran.[4]
- Syarat-syarat Peserta Didik
- Peserta didik harus ikhlas
Ikhlas menurut bahasa adalah jujur dan tulus. Kata ikhlas berasal dari ism maṣdar akhlaṣa, yukhliṣu, ikhlāṣan yang berarti murni dan tanpa campuran. Dari definisi tersebut maka ikhlas dapat di artikan dengan pemurnian niat yang di kotori oleh ambisi pribadi dan sifat ingin dipuji orang lain kepada niat semata-mata untuk mengharap rida Allah swt dalam melakukan perbuatan. Sebaliknya, jika peserta didik tidak memiliki keikhlasan maka ilmu yang akan merasa sulit dipahami.
Bahkan Rasulullah saw. mengatakan tidak akan mencium bau surga, sebagaimana sabda Nabi saw.: Dari Mu’az ibn Jabal, Rasulullah saw. bersabda: “Siapa yang menuntut ilmu karena ingin merasa bangga sebagai ulama, menipu orang bodoh di majelis tidak akan mencium aroma surga”. Dari Malik, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Siapa yang menuntut ilmu karena ingin bangga sebagai alim atau menipu orang-orang bodoh atau menarik perhatian orang, Allah swt akan memasukkannya ke dalam neraka”.
Dari dua hadis itu dapat dipahami bahwa, begitu pentingnya keikhlasan yang harus dimiliki oleh peserta didik. Sehingga pada hadis pertama menyebutkan peserta didik yang tidak ikhlas dalam menuntut ilmu tidak akan mencium aroma surga, dan pada hadis kedua dia akan di masukkan ke dalam api neraka.
- Menghormati guru
Guru merupakan orang tua kedua setelah yang melahirkan kita, karena dialah yang mendidik kita dengan penuh kesabaran sehingga kita menjadi orang yang berilmu. Maka sebagai peserta didik haruslah menghargai dan menghormati pendidiknya. Keharusan menghormati pendidik tersebut tergambar dalam hadis Rasulullah saw., yaitu: Ubadah ibn Samit meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah termasuk umatku orang yang tidak memuliakan orang-orang dewasa, tidak menyayangi yang kecil dan tidak mengenal hak-hak orang alim (guru)”.
Peserta didik harus menghormati pendidiknya, sehingga Rasulullah saw. mengatakan bahwa peserta didik yang tidak menghargai dan menghormati pendidiknya bukanlah umatnya.[5]
- Karakteristik Peserta Didik
- Peserta didik memiliki potensi
Peserta didik memiliki potensi karena semua manusia di lahirkan dalam keadaan fitrah yaitu suci, sebagian ulama mengatakan bahwa fitrah tersebut adalah potensi beragama. Sebagaimana hadis Rasulullah Saw yang artinya: Abi Hurairah RA meriwayatkan bahwa Nabi SAW. bersabda “Setiap anak dilahirkan menurut fitrah (potensi beragama Islam). Selanjutnya, kedua orang tuanyalah yang membelokkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi bagaikan binatang melahirkan binatang, apakah kamu melihat kekurangan padanya?
Hadis ini ada dua hal yang dapat di pahami yaitu, pertama: setiap mannusia yang lahir memiliki potensi, baik potensi beragama potensi menjadi orang baik, potensi menjadi orang jahat dan potensi yang lainya. Kedua: potensi tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan terutama orang tua karena merekalah yang pertama yang sangat berperan dalam menjadikan anaknya menjadi yahudi, nasrani dan majusi.
Konsep hadis tersebut sesuai dengan teori konvergensi pada perkembangan peserta didik, yang berpendapat bahwa setiap anak yang lahir, dalam perkembangannya di pengaruhi oleh keturunan dan lingkungan. Yaitu setiap anak yang lahir akan di pengaruhi oleh keturunannya, contoh anak yang terlahir dari keluarga yang baik-baik tentunya dia akan menjadi anak yang baik serta di pengaruhi oleh ingkungannya. Hanya saja dalam konsep hadis di atas secara umum manusia lahir memiliki potensi yang sama.
- Peserta didik memiliki kemuliaan (martabat)
Sehubungan dengan ini ditemukan hadis yang artinya: Dari Anas, saya mendengarkan Rasulullah saw. bersabda: muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah pendidikannya. Hadis ini memang perintah kepada orangtua untuk memuliakan dan mendidik anaknya dengan bagus, akan tetapi dapat juga kita pahami dari hadis tersebut tertuju kepada peserta didik, dimana seorang peserta didik harus memiliki kemulian atau martabat.
Adapun di antara membaguskan pendidikan anak pada hadis diatas menurut hemat pemakalah yaitu: memberikan pemahaman-pemahaman kepada anak, memberikan teladan, memilihkan lembaga pendidikan yang baik bagi perkembangan anaknnya serta memilihkan teman sebaya yang tidak akan menjerumuskan anaknya kepada jalan yang tidak baik.
- Peserta didik memiliki kesamaan derajat
Peserta didik memiliki kesamaan derajat, tidak adanya perbedaan antara jenis kelamin, perbedaan suku, warna kulit dan lain sebagainya dalam menuntut ilmu. Setiap manusia sama hanya saja perbedaannya pada tingkat ketakwaannya.
Sebagaimana hadis Rasulullah Saw, yang artinya: Jabir ibn Abdullah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. berkhutbah di depan kami pada pertengahan hari tasyri’, beliau bersabda: Wahai manusia! Ketahuilah sesungguhynya Tuhanmu Esa, nenek moyangmu satu. Ketehauilah bahwa tidak ada kelebihan bagi orang Arab dari orang non Arab, tidak pula ada kelebihan orang non Arab dari orang Arab, tidk ada kelebihan orang yang berkulit merah dari yang berkulit hitam dan tidak pula sebaliknya, kecuali karena takwanya. Bukankah telah saya sampaikan?
- Peserta didik memiliki perbedaan kecerdasan
Sebagaimana hadis Nabi yang artinya: Diriwayatkan dari Abu Musa RA bahwa Rasulullah SAW pernah berkata: “Sesungguhnya perumpamaan hidayah (petunjuk) dan ilmu Allah SWT yang menjadikan aku sebagai utusan itu seperti hujan yang turun ke Bumi. Di antara Bumi itu terdapat sebidang tanah subur yang menyerap air dan sebidang tanah itu rumput hijau tumbuh subur. Ada juga sebidang tanah yang tidak menumbuhkan apa-apa, walaupun tanah itu penuh dengan air. Padahal, AlIah Swt menurunkan air itu agar manusia dapat meminumnya, menghilangkan rasa haus, dan menanam. Ada juga sekelompok orang yang mempunyai tanah gersang yang tidak ada air dan tidak tumbuh apa pun di tanah itu. Gambaran tersebut seperti orang yang mempunjai ilmu agama Allah Swt dan mau memanfaatkan sesuatu yang telah menyebabkan aku diutus oleh Allab Swt kemudian orang itu mempelajari dan mengerjakannya.Dan seperti orang yang sedikitpun tidak tertarik dengan apa yang telah menjebabkan aku diutus oleh Allah Swt. Ia tidak mendapat petunjuik dari Allah Swt yang karenanya aku menjadi utusan-Nya.
Hadis ini memggambarkan perbedaan antara manusia dalam kemampuan belajar, memahami dan mengingatnya. Menurut Muhammad Utsman Najati, ketiga kemampuan ini tergolong dalam pengertian intelektualitas. berdasarkan hadis ini maka dapat di pahami bahwa intelektualitas manusia dapat di kualifikasikan dalam tiga golongan, yaitu: Seperti tanah subur, Yang berarti orang dalam golongan ini mampu belajar, menghafal, da mengajarkan ilmu yang ia miliki kepada orang lain. Seperti tanah gersang, yang berarti orang dalam golongan ini mampu menjaga dan mengajarkannya kepada orang lain, tetapi ilmu yang dia miliki tidak bermamfaat pada dirinya sendiri. Seperti tanah tandus, orang dalam golongan ini tidak tertarik , apalagi menghafal dan mengajarkan kepada orang lain.
Dengan demikian sebagai seorang pendidik memang harus bisa memahami perbedaan kecerdasaan peserta didik, sehingga pendidik dapat memilih metode, pendekatan dan media yang tepat sehingga semua peserta didik dapat mencerna materi pelajaran dengan baik. hal ini dapat dilakukan oleh pendidik dengan mengaplikasikan metode pembelajaran yang bervariasi dan media yanng beragam.
- Peserta didik memiliki perbedaan emosional
Sesuai hadis Nabi yang artinya: Dari Abi Sa’id al-Khudriy, ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Ingatlah, di antara anak Nabi Adam AS itu ada yang lambat marah dan cepat terkendali. Ada pula yang cepat marah dan cepat pula terkendali. Ingatlah, di antara anak Nabi Adam AS itu ada yang cepat marah dan lambat terkendali. Ingatlah, sebaik-baik mereka ialah yang lambat marahnya dan cepat terkendalinya. Ingatlah, seburuk-buruk anak Nabi Adam ialah yang cepat marahnya dan lambat terkendalinya.
Berdasarkan hadis ini, Muhammad Utsman Najasi mengelompokkan tingkat emosi kemarahan manusia kedalam tiga tingkatan. Pertama, orang yang emosi kemarahannya lambat, jarang mengepresikan kemarahannya, kalaupun ia marah ia akan cepat mengendalikan emosinya kemarahannya. Orang semacam ini dikategorikan sebagai manusia yang sangat mulia. Kedua,orang yang emosi kemarahannya terlalu cepat tetapi ia juga cepat mengendalikannya. Ketiga, orang yang emosi kemarahannya terlalu cepat muncul, dia sulit mengendalikannya kecuali dalam waktu yang lama. Orang semacam inilah dikategorikan sebagai manusia yang paling buruk.
Perbedaan pada peserta didik perlu dipahami oleh seorang pendidik agar jangan terlalu gegabah dalam merespon aksi peserta didiknya. Pendidik tidak boleh mengatasi gejolak emosi peserta didik dengan luapan emosi pula. Ia harus dapat memperlihatkan kesabaran, ketulusan dan kasih sayangnya tampa menyimpan rasa dendam. Hal ini agar peserta didik bisa menghargai dan menghormati pendidiknya.[6]
- Hadits-hadits tentang Peserta Didik
Peserta didik adalah setiap orang yang meluangkan waktunya untuk belajar kepada seorang pendidik. Peserta didik adalah orang yang berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun psikis. Dengan demikian ia tidak bisa disamakan dengan orang dewasa yang berukuran kecil karena mempunyai spesifikasi tersendiri.
Rasulullah SAW, sangat memberikan perhatian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Sehingga ditemukan banyak hadits-hadits Rasulullah SAW yang membicarakan tentang mencari ilmu pengetahuan. Perhatian yang demikian tinggi, karena Rasulullah juga menyatakan dirinya sebagai pendidik. Rasulullah lebih mengutamakan majlis orang yang belajar dari pada majlis ahli ibadah.
Diantara hadits-hadits yang membicarakan tentang peserta didik adalah sebagai berikut:
حدثنا مسدد قال، حدثنا بشر قال، حدثنا ابن عون، عن ابن سبرين، عن عبد الرحمن بن ابي بكرة عن ابيه … قال النبي، “من يرد الله به خيرا يفقه الله وانما العلم بالتعلم”. (رواه البخاري)
Artinya: Menceritakan kepada kami Musaddad, berkata menceritakan kepada kami Bysr, ia berkata, menceritakan kepada kami Ibn ‘Aub, Ibn Sirin, dari Abdurrahman Ibn Abu Bakrah dari ayahnya. Nabi SAW bersabda, “Barang siapa dikehendaki baik dari Allah, maka ia dikaruniai kepahaman agama. Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar”. (HR. Bukhari).
حدثنا الحميد قال، حدثنا سفيان قال، حدثني اسماعيل بن ابي خالد على غير ما حدثناه الزهري قال، سمعت بن قيس بن ابى حازم قال، سمعت عبد الله بن مسعود قال، قال النبي صلى الله عليه وسلم، ” لا حسد إلا في اثنتين: رجل اتاه الله ما لا فسلط على هلكته في الحق، ورجل اتاه الله الحكمة فهو يقضى بها ويعلمها”. (رواه البخاري)
Artinya: Menceritakan kepada kami Humaid, ia berkata, menceritakan kepada kami Sufyan, ia berkata, menceritakan kepadaku Isma’il ibn Abu Khalid atas selain yang kami ceritakan olehnya Al-Zuhriy, ia berkata, “aku mendengar Ibn Qais Ibn Abu Hazim, ia berkata, aku mendengar ‘Abdullah Ibn Mas’ud berkata, nabi SAW bersabda, “tidak boleh iri hati kecuali dua hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu dikuasakan penggunaannya dalam kebenaran, dan seorang laki-laki yang diberi hikmah oleh Allah dimana ia memutuskan perkara dan mengajar dengannya” (HR. Bukhari).
حدثنا سعيد بن ابى مرية قال، اخبرنا نافع بن عمر، قال، حدثنى ابن ابي مليكة، ان عائشة زوجة النبي صلى الله عليه وسلم، كانت لا تسمع شيئا إلا راجعت فيه جتى تعرفه… (رواه البخاري)
Artinya: Menceritakan kepada kami Sa’id Ibn Abi Maryam, ia berkata, memberitakan kepada kami Na’fi Ibn Umar, ia berkata, menceritakan kepadaku Ibn Abu Mulaikah, bahwasanya ‘Aisyah istri Nabi SAW, tidak pernah mendengar sesuatu yang tidak diketahuinya melainkan ia mengulangi lagi sehingga ia mengetahuinya benar-benar. (HR. Bukhari).
حدثنا عبد الله بن يوسف قال، حدثني قال، حدثني الليت قال، حدثني سعيد، عن ابن شريح، انه قال لعمروين سعيد. وهو يبعث المبعوث الى مكة. ” ائذن لي ايها الامير، احدث قولا قام به النبي صلى الله عليه وسلم الغد من يوم الفتح، سمعته اذناي، ووعاه قلبي، وابصرته عيناي، حين تكلم به حمد الله واثنى عليه، ثم قال، ” ان مكة حرمها الله ولا يحرمها للناس، فلا يحل لأمرئ يئمن بالله واليوم الاخر ان يسفك دما، ولا يعضد بها شجرة، فإن احد ترخص لقتال لرسول الله صلى الله عليه وسلم فيها سلعة من نهار، ثم عادت حرمتها اليوم كحرمتها بالأمس، وليبلغ الشاهد الغائب”. (رواه البخاري)
Artinya: Menceritakan kepada kami ‘Abdullah Ibn Yusuf, ia berkata, menceritakan kepadaku Laits, ia berkata, menceritakan kepadaku Sa’id dari Abu Suraih, bahwasanya ia berkata, kepada Amr bin Sa’id, ketika ia mengirim pasukan ke makkah, “izinkanlah saya wahai Amir untuk menyampaikan kepadamu suatu pekerjaan yang disabdakan nabu SAW. Pada pagi hari pembebasan (mekah). Sabda beliau itu terdengar oleh kedua telinga saya, dan hati saya memeliharanya, serta dua mata saya melihat ketika beliau menyabdakannya. Beliau memuja Allah dan menyanjungNya, kemudian belai bersabda, “sesungguhnya makkah itu dimulyakan oleh Allah Ta’ala dan manusia tidak memuliakannya, maka tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menumpahkan darah di makkah, dan tidak halal menebang pepohonan di sana. Jika seseorang memandang ada kemurahan (untuk berperang) berdasarkan peperangan Rasulullah SAW. Di sana, maka katakanlah (kepadanya), sesungguhnya Allah telah mengizinkan bagi rasulNya, tetapi tidak mengizinkan bagimu, dan Allah hanya mengizinkan bagiku sesaat di suatu siang hari, kemudian kembali kemuliaannya (diharamkannya) pada hari itu seperti haramnya kemarin.” Orang yang hadir hendaklah menyampaikannya kepada yang tidak hadir (ghaib). (HR. Bukhari).
حدثنا علي بن عبد الله قال، حدثنا سفيان قال، حدثنا عمر وقال، أخبرني وهب بن منبه، عن اخيه قال، سمعت ابا هريرة يقول، ” ما من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم احد اكثير حديثا عنه مني، إلا ما كلن من عبد الله بن عمرى، فإنه كان يكتب ولا أكتب”. (رواه البخاري)
Artinya: Menceritakan kepada kami Ali Ibn Abdullah, ia berkata, menceritakan kepada kami Sufyan, ia berkata, menceritakan kepadaku Umar, ia berkata, memberitakan kepadaku Wahab bin Munabbih, ia berkata, aku mendengar Abu Hurairah berkata, “tiada seorang pun dari sahabat Nabi SAW yang lebih banyak meriwayatkan hadits yang diterima oleh beliau SAW dari pada saya, melainkan apa yang didapat dari Abduulah bin Amr, sebab ia mencatat hadits sedang saya tidak mencatatnya”. (HR. Bukhari).
حدثنا ابو نعيم الفضل بن دكين قال، حدثنا شيبان، عن يحيى اليمين، فقال، اكتب لي يا رسول الله فقال، “اكتبوا لابي فلان”. (رواه البخاري)
Artinya: Meceritakan kepada kami Abu Nu’aim Fadhlu Ibn Dukai, ia berkata, menceritakan kepada kami Syaiban dari Yahya, dari Abi Salamat, dari Abu dari Abu Hurairah: … seorang laki-laki dating dari yaman, dan berkata. “tuliskan untukku ya Rasulullah! Rasulullah SAW bersabda, “tuliskanlah untuk ayah si fulan”. (HR. Bukhari).
حدثنا مسدد قال، حدثنا بشر قال، حدثنا ابن عون، عن ابن سيرين، عن عبد الرحممن بن ابي بكرة عن ابيه … من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا الى الجنة. (رواه البخاري)
Artinya: Menceritakan kepada kami Musaddad, ia berkata, menceritakan kepada kami Bisyr, ia berkata, menceritakan kepada kami Ibn ‘Aub, dari Ibn Sirin, dari Abdurrahman Ibn Abu Bakrah dari ayahnya… Rasulullah SAW bersabda, “siapa yang berusaha mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju syurga”. (HR. Bukhari).
حدثنا احمد ابن ابي بكر ابو مصعب قال، حدثنا محمد بن ابراهيم بن دينار، عن بن ابي ذئب، عن سعيد المقربي، عن ابي هريرة قال، قلت بارسول الله اني اسمع منك حدثنا كثيرا انيساه؟ قال، ” ابسط رداءك”. فبسطته … ثم قال: ” ضمه فضممة، فما نسيت شيئا بعده”. (رواه البخاري)
Artinya: Menceritakan kepada kami Ahmad Ibn Abu Bakar Al-Shiddiq Abu Mas’ub, ia berkata, menceritakan kepada kami Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Dinar, dari Ibn Abi Dzi’bu, dari Sa’id Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, ia berkata, aku berkata kepada Rasulullah SAW, “wahai Rasulullah, sesungguhnya aku banyak mendengar hadits dari engkau, lalu aku lupa?” Rasulullah SAW bersabda, “hilangkan perkara yang burukmu”, lalu menghilangkannya… lalu Rasulullah SAW bersabda, “hapalkanlah”, lalu aku menghapalkannya”, setelah itu aku tidak melupakan suatu hadits pun setelah itu”. (HR. Bukhari).
حدثنا اسماعيل قال حدثنى اخى، عن ابن ابي ذئب، عن سعيد المقبري، عن ابي هريرة قال, ” حفضة من رسول الله صلى الله عليه وسلم عائين، فاما احدهما فبثثته، واما الاخر فلو بثثته قطع هذا البلعوم”. (رواه البخاري)
Artinya: Menceritakan kepada kami Isma’il, ia berkata, menceritakan kepadaku saudaraku, dari Ibn Abi Dazi’bu, dari Sa’id Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, ia berkata, “saya hafal dari Nabi dua tempat. Adapun salah satu dari keduanya, maka saya siarkan (hadits itu). Seandainya yang lain saya siarkan, niscaya terputuslah tenggorokan ini”. (HR. Bukhari).
وقال مجاهدوا، ” لا يتعلم مستحي ولا مستكبر”، وقالت عائشة، “نعم النساء الانصار، لم يمنعهن الحاء ان يتفقهن في الدين”. (رواه البخاري)
Artinya: Berkata mujahid, “pemalu dan sombong tidak akan dapat mempelajari pengetahuan agama”. Aisyah berkata, “sebaik-baik kaum wanita adalah wanita anshar, mereka tidak dihalang-halangi rasa malu untuk mempelajari pengetahuan yang mendalam tentang agama”. (HR. Bukhari).
حدثنا الحجاج قال، حدثنا شعبة قال، اخبرني علي بن مدرك، عن ابي زرعة، عن جرير، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال له في حجة الوداع، ” استنصت الناس” فقال، ” لا ترجعوا بعدي كفارا يضرب بعضكم رقاب بعض”. (رواه البخاري)
Artinya: Menceritakan kepada kami Hajjaj, berkata, menceritakan kepada kami Syu’bat berkata, menceritakan kepadaku ‘Ali Ibn Mudrik, dari Abi Zur’ah, dari Jarir bin Abdullah, mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda kepadanya pada waktu mengerjakan haji wada’, “diamkanlah manusia!” lalu beliau besabda, “sesudahku nanti janganlah kamu menjadi kafir, dimana sebagian kamu memotong leher sebagian yang lain”. (HR. Bukhari).
Dari uraian hadits di atas, untuk mewujudkan peserta didik yang berkualitas berdasarkan tinjauan hadits dapat dikemukakan sebagai berikut:
- Rasulullah SAW menjelaskan bahwa ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar. Artinya, seseorang tidak bisa hanya bercita-cita, akan tetapi harus di iringi dengan ikhtiar. Orang-orang yang berikhtiar untuk belajar, kelak akan dikaruniai kepahaman agama yang pada akhirnya akan menghantarnya menuju kemuliaan dan kebaikan.
- Peserta didik diperbolehkan iri hati kepada orang lain yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas, sebagai cambuk untuk rakus dalam menuntut ilmu pengetahuan, sehingga dengan semangat menuntut ilmu itu, diharapkan akan menyebar ilmu pengetahuan di muka bumi.
- Peserta didik hendaknya selalu menghafal dan mengulangi pelajarannya, sehingga betulbetul menguasai materi yang telah disampaikan oleh pendidik. Hal ini bertujuan agar ia dapat menggunakan ilmu tersebut kapanpun dibutuhkan, sesuai dengan kondisi yang ada.
- Peserta didik yang hadir menuntut ilmu tidak boleh kikir, untuk menyampaikan ilmu kepada orang-orang yang tidak hadir. Hendaknya dengan hatihati yang tulus mengajarkan ilmu tersebut kepada orang yang tidak sempat hadir.
- Peserta didik hendaknya menuliskan, ilmu yang disampaikan oleh pendidik, sehingga terjaga. Sekiranya terlupakan masih bisa dilihat catatannya dan mengulangi kembali pelajaran yang telah diberikan pendidik meskipun dalam jangka waktu yang lama.
- Peserta didik hendaknya menyadari bahwa dalam menuntut ilmu tersebut, ia berada dalam ridho Allah SWT, dan mempermudah baginya jalan menuju syurga.
- Peserta didik hendaknya berniat untuk mengajarkan ilmu yang diperolehnya untuk disebarkan dan diajarkan kepada orang lain agar bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.
- Peserta didik tidak boleh malu belajar, karena orang yang malu dan sombong tidak akan dapat mempelajari ilmu agama. Sebaikbaik pelajar adalah yang tidak malu bertanya, apabila sesuatu yang belum dipahaminya selama tidak melanggar etika peserta didik.
- Peserta didik hendaknya diam dan tenang, tidak ribut pada saat belajar, karena dapat mengurangi ketenangan belajar dan mengganggu konsentrasi guru pada saat mengajar. [7]
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas, yang telah kami bahas. Maka kami mengambil kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu dilingkungan keluarga, sekolah maupun dilingkungan masyarakat dimana anak tersebut berada.
Diantara keutamaan peserta didik adalah mereka terhindar dari kutukan Allah swt dan menempati pisisi yang baik. Adapun syarat-syarat peserta didik pertama, peserta didik harus Ikhlas, Menghormati guru. Perserta didik itu memiliki beberapa karakteristik diantaranya mereka memiliki potensi, memiliki kemuliaan, memiliki kesamaan derajat, memiliki perbedaan kecerdasan, memiliki perbedaan emosional
- Saran
Alhamdulillah saya telah menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya, khususnya bagi pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang dapat membangun kami ke depannya agar lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Sakrim Miharja, Peserta Didik dalam Perspektif Haidts, JISPO. Vol. 2. Edisi: Juli-Desember, 2017
Nurfadilah, Teori dan Konsep Peserta Didik Menurut Al-Qur’an, EduProf. Vol. 1. No. 2. September 2019
M. Nashir Ali, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik, (Jakarta: Mutiara, 1982)
Nadwa, Hadits-hadits tentang Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 8. No. 1, April 2014
Maman,dkk. Karakteristik Peserta Didik: Sebuah Tinjauan Studi Kepustakaan. Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol. 8. No. 1, Juni-Desember, 2021
[1] Sakrim Miharja, Peserta Didik dalam Perspektif Haidts, JISPO. Vol. 2. Edisi: Juli-Desember, 2017, hlm. 2
[2] Nurfadilah, Teori dan Konsep Peserta Didik Menurut Al-Qur’an, EduProf. Vol. 1. No. 2. September 2019, hlm. 17
[3] M. Nashir Ali, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik, (Jakarta: Mutiara, 1982), hlm. 33
[4]https://membangunsemangathidup.blogspot.com/2017/10/makalah-hadis-hadis-tentang-peserta.html
[5]Nadwa, Hadits-hadits tentang Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 8. No. 1, April 2014, hlm. 11-12
[6]Maman,dkk. Karakteristik Peserta Didik: Sebuah Tinjauan Studi Kepustakaan. Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol. 8. No. 1, Juni-Desember, 2021, hlm. 262-264
[7]Sakrim Miharja,Op.Cit, hlm. 4-8