Imam Ghozali, Dosen STAIN Bengkalis
Saya mendengar dengan khusus ustadz Ahmad menerangkan tentang tatacara memakai Baju Ihram dan kemudian memulai memakainya, yaitu di di Masjid Bir Ali. Masjid ini terletak 11 kilometer dari Masjid Nabawi. Di Masjid ini para jamaah Umrah memulai memakai kain Ihram, yaitu kain yang tidak berjahit, satu untuk menutup bagian bawah, dan satu lagi bagian atas dengan aturan yang sudah ditentukan.
Kelihatanya memang lucu dan menggelikan. Tapi ini memang proses Umrah dan/Haji. Memang demikian cara Allah memperlihatkan kelucuan kita dalam kehidupan sehari-hari yang kadang penuh dengan keegoan atau ketakaburan baik secara nyata maupun secara siri karena status yang ada pada diri kita. Betapa kita tidak lucu, anggaplah saat anda yang berprofesi sebagai manager perusahaan bisa dipastikan merasa mempunyai status lebih tinggi dibandingkan karyawan nya. Anda yang menjadi ulama, kiai akan merasa lebih mulia dengan merasa ilmu lebih dalam luas dan senantiasa diagungkan di masyarakat, lalu tiba-tiba anda haji dan umrah bareng dengan tetangga kamu yang jualan sayur-mayur atau petugas kebersihan di jalan. Ada gonjangan jiwa dari peristiwa yang sebenarnya belum pernah terjadi. Sebab struktur sosial sudah terbangun lama, dan tiba-tiba anda harus mampu meruntuhkan secara radikal. Jelas bukan suatu hal yang sangat mudah untuk menyikapinya.
Anda boleh mengatakan status yang ada pada diri anda; Presiden, Gubernur, Menteri, Bupati, Kepala Dinas, Kiai, Khalifah atau Badal Tariqah, Pengasuh Pesantren, pengurus ormas Islam terbesar di Indonesia bahkan di dunia. anda tidak salah merasa senang dan bangga terhadap terhadap orang yang kurang beruntung seperti anda. Tapi semua menjadi tidak bermakna ketika anda di Mekah. Anda mungkin bisa beli Kamar Hotel dan fasilitas yang super mewah, tapi anda tidak bisa mengganti pakaian ihram dengan menggunakan jabatan dan pengaruh anda. Regulasi dan Pena anda tidak berguna di hadapan Baju Ihram.
Baju Ihram berwarna putih dan tidak boleh berwarna-warni. Ini tentu menjadi pelajaran bagi kita semua nya, bahwa warna kehidupan yang beragam jabatan, harta dan pengaruh pada hakikatnya sama-sama sedang merambah jalan menuju Allah s.w.t. Baju ihram sedang mengajarkan ketawadhu’an kepada kita agar bisa menggunakan pengaruh, jabaatan, kekayaan, untuk kebaikan dengan niat penuh kesucian dan keagungan dengan tidak membeda-bedakan orang yang datang kepada anda. Begitu juga saat anda merasa orang terpinggirkan tapi Allah sebenarnya sangat dekat dengan anda,tapi anda sering melupakanya. Baju Ihram juga telah mengajarkan bahwa Tuhan telah membedakan kita beragam warna kehidupan agar hidup menjadi indah untuk mengantarkan sebuah peradaban. Namun demikian, keindahan tersebut tidak hanya sebatas jasmaniah, tapi harus mampu masuk pada keindahan pancaran ilahiyah, yaitu terbangun rasa kasih sayang yang tulus sesama manusia. Salah satu bentuk rasa kasih sayang yaitu berprangka baik kepada mahkluknya dan mendoakan kebaikan untuk nya. sikap ini memang sangat berat, dan kita perlu untuk terus belajar agar bisa mencapai derajat tersebut.