CIRI-CIRI BERFIKIR FILSAFAT
- Radikal .
Radik (radix/yunnani) berarti akar atau dapat pula diartikan dengan mengakar dan berakar. Inilah ciri berfikir pertama siapapun yang layak disebut filsuf.
Akar atau radix direlasikan bahwa filsuf mempunyai kemampuan berfikir yang pada taraf tertentu sampai pada akar persoalan. Ke suatu titik yang tidak mungkin dijangkau oleh manusia biasa. Ia dipaksa mampu menembus suatu cakrawala yang mungkin tidak dapat dilakukan banyak orang. Dari sini pula, para filsuf sering kali diasumsukan sebagai sosok yang tidak mungkin melarang orang lain untuk memikirkan segala hal. Semua hal, dalam anggapan ini dapat dipikirkan manusia, khususnya mereka yang memiliki kedalaman ilmiah.
- Sistemis
Sistemis, secara bahasa berkaitan satu sama lain, atau bahkan terikat satu sama lain. tidak dapat disebut sistemis jika satu kejadian tidak memiliki pertalianatau tidak berdampak dengan aspek lain. karena itu tidak ada suatu kejadian yang benar-benar berdiri sendiri, berada di ruang hampa, tanpa pernah ada peran serta yang lain di dalamnya.
- Universal
Universal artinya menyeluruh. Dalam terjemahan lain kata universal dapat pula diartikan dengan makna bersifat umum. Kata universal memiliki padanan kata yang relative sama, yakni universolis (seseorang yang memandang bahwa suatu kebenaran baru dianggap benar, jika kebenaran itu menganut paham universal.
- Spekulatif
Spekulatif mempunyai arti memiliki kesanggupan untuk melakukan dugaan awal atas terjadinyaa suatu fenomena. Kata ini mengandung arti adanya dugaan atas apa yang akan dilakukan, apa yang telah dilakukan atau apa yang mungkin terjadi. Spekulatif adalah bahasa filsuf yang tidak boleh diterjemahkan untung-untungan. Mengapa? Sebab kata untung-untungan akan mengandung makna tidak memakai logika dan tidak menggunakan sumber yang benar dalam menentukan sebuah pilihan atas apa yang disebut dengan kebenaran.
Sepekulatif akan menjadi ciri filsuf karena mereka selalu sadar bahwa dirinya belum tentu memperoleh sesuatu yang pasti dari apa yang direncanakan dan dilakukan itu, baik benar ataupun salah. Kedudukan benar dan salah itu akan selalu sejajar dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam konteks untuk terus dikoreksi dan dianalisis.