Apakah Allah itu ada? Tentu saja ada. Bagi orang yang berpaham kebendaan beranggapan sebaliknya, Allah itu tidak ada. Jadi ada dua hal yang bertolak belakang dalam mempercayai keberadaan Allah s.w.t. bahkan orang yang tadinya beriman kepada-Nya pun kadang terseret pada pemahaman yang demikian. Mereka yang tadinya menyembah kepada-nya berubah menjadi tidak beriman kepada-nya. Lalu dengan kerasnya menentang ajaran agama Islam. Namun, tidak sedikit orang-orang yang tadinya ateis setelah melihat kebesaran Allah dalam beragam bentuk sebagai pengalaman spiritual kehidupannya, ia kemudian hari bersyahadat mengakui ke-esa-an-Nya.
Para kaum ateis menolak keberadaan Tuhan dengan menampilkan beberapa fakta kehidupan sebagai berikut: pertama, para penyembang Tuhan yang katanya suci (menurut kaum ateis) ternyata perilaku orang-orangnya tidak sebanding dengan perintah-perintah-Nya seperti suka berbuat maksiat, berzina, berjudi, menyakiti manusia, merugikan kepentingan manusia, korupsi, kolusi dan berbuat yang tidak sejalan dengan aturan-aturan-Nya. Mereka tiap hari melakukan ibadah, tapi tiap hari juga melakukan kemaksiatan. Apa artinya Tuhan, jika manusia yang mengaku percaya pada Tuhan saja tidak takut sama Tuhan mereka, bahkan bermaksiat secara terang-terangan pun tidak takut. Bahkan lebih takut kepada manusia daripada kepada Tuhan. Benarkan?
Kedua, jika Tuhan ada kenapa tuhan membiarkan kerusakan di dunia. Kenapa membiarkan para kelompok dzalim menguasai kehidupan dunia, mereka kaya, cerdas, dan kehidupan mereka nikmat penuh dengan fasilitas dunia. Sedangkan para penyembah tuhan hidupnya banyak yang sudah. Tuhan yang maha agung, ternyata tidak bisa menyelesaikan persoalan yang dibuat sendiri oleh-Nya.
Ketiga, jika Tuhan ada, kenapa tuhan tidak memperlihatkan diri kepada manusia akan keberadaan-nya. Bukankah maha besarnya bisa diperlihatkan kepada manusia kalau dia itu berkuasa. Kenyataanya sampai saat sekarang ini, tuhan yang disembah tidak pernah terlihat oleh panca indera manusia.
Tiga pertanyaan tersebut adalah contoh-contoh pertanyaan-pertanyaan dan sikap-sikap sinis dari kaum ateis. Mereka mencoba mengingkari kebenaran adanya tuhan dengan kekuatan akal yang serba terbatas. Kaum ateis ingin membangun kerajaan akal dengan beragam kajian-kajian ilmiah. Akal telah menjadi tuhan mereka. Dengan akal mereka bisa menicptakan teknologi dan kemajuan-kemajuan ekonomi dan kekayaan. Lalu tumbuh keangkuhan bahwa mereka bisa menyaingi tuhan dalam hal penciptaanya. Atau bahkan lebih ekstrem lagi, Tuhan tidak ada. Tuhan telah mati.
Tuhan pun menjawab kesombongan para matetialisme dan rasionalisme mutlak dengan firman-Nya dalam Q.S. al-Baqarah [2:26] sebagai berikut:
Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik.
Kita bisa melihat, para ilmuwan sedang membangun proyek kehidupan yang abadi. Mereka melakukan penelitian membuat rekayasa kehidupan dengan membuat telur untuk mengganti posisi ayam atau unggas. Mereka pun bisa membuat telur, tapi tidak bisa menetas. Ternyata, kecerdasan mereka tidak sebanding dengan kehebatan unggas atau ayam yang mampu menetaskan telur-telurnya sedangkan para cerdik pandai justru terlihat bodoh saat berhadapan dengan telur-telur ayam dan unggas.
Tuhan pun menyindir mereka untuk membuat seekor binatang seperti nyamuk yang bisa terbang dan mampu merobohkan kebesaran Fir’aun yang kuat dan mengaku tuhan. Lagi-lagi kaum rasionalisme mutlak kecerdasan tumpul di hadapan nyamuk dan ayam serta unggas lainya. Mereka hanya membuat duplikatnya saja, itupun terlihat lucu berupa robot-robot ayam, manusia, dan binatang-binatang lainya. Saat listrik mati, mati juga robot nyamuk. Tapi nyamuk ciptaan tuhan, tidak membutuhkan aliran listrik. Mereka bisa berkembang biak dengan alamiah bukan?
Fakta-fakta tersebut menunjukan bahwa Tuhan itu ada. Dalam istilah ilmu tauhid Allah mempunyai sifat wujud [وجود]. Bagaimana cara membuktikan Allah itu ada? Gampang saja ketika ingin mengetahui adanya tuhan, yaitu dengan keberadaan ciptaan-nya [والدليل علي وجود الله وجود هذه المخلوقات].
Berkaitan dengan perilaku para hamba Allah yang masih melakukan kemaksiatan, bukan berarti Allah tidak mampu menyelesaikan seluruh kehidupan manusia. Bahkan jika tuhan melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginan-Nya, dengan cukup mengatakan “jadilah !!!”, maka semua akan terjadi dengan kehendaknya. Tapi Allah memberikan kemerdekaan manusia untuk memfungsikan kecerdasanya agar bisa membedakan mana yang memberi manfaat, dan yang merugikan. Ini adalah dasar sifat manusia. Baik orang ateis ataupun orang yang menyembah tuhan mempunyai akal dan nafsu yang mempunyai potensi untuk kebaikan dan sebaliknya. Tentu saja berbeda, jika ateis berbuat baik hanya sebatas memahami sifat kemanusiaan belaka, sedangkan orang yang beriman berbuat baik selain karena sifat kemanusiaan juga karena ibadah kepada Allah s.w.t. dari sini kita bisa memahami, bahwa orang yang percaya akan adanya Allah tidak pernah mengalami kerugian bukan?