Sebenarnya sangat banyak nama “Ainun Najib” di kolong bumi milik Allah S.W.T. ada Ainun Najib penjual baju, tukang bengkel, petani, pemulung, pejabat, pegawai bank, budayawan, ilmuwan dan masih banyak lagi profesi nya dari orang yang punya nama tersebut, baik di dalam maupun di luar negeri. Sebenarnya tidak istimewa nama tersebut. biasa-biasa saja. “apalah arti sebuah nama” kata orang barat. Ada benarnya. Kenyataanya nama tidak selalu membawa “tuah” atau “hoki” atau “keberuntungan”, bahkan kadang malah membawa “marah” atau “emosi” atau “penyesalan.” Buktinya, ada orang yang bernama Paijo memakai dasi dan penghasilannya “jutaan” setiap minggunya, dan ada nama terlihat “sholeh” yang pekerjaannya selalu salah terus. Sehingga dia harus bersabar karena setiap pulang ke rumah di bentak istrinya karena pulang tidak membawa uang, malah menambah utang.
Sebagai orang yang beriman, penulis artikel ini juga tetap memakai pakem syariat bahwa nama merupakan bagian dari doa. Sebab konsepnya sederhana saja, entah apa pekerjaan mu dan amal mu, ketika anda membawa nama-nama yang mengandung kebaikan, berarti ada doa yang menyertai kita dai makhluk di kolong langit ini yang mendoakan kebaikan-kebaikan yang kita mungkin tidak menyadarinya. Bisa jadi nama anda sangat islami, lalu anda mempunyai perilaku yang tidak baik. Saat anda di Akherat nanti di masukan ke dalam Neraka, maka anda akan mendapatkan rahmatnya Allah gara-gara nama tersebut. sebab apa? Sebab orang tua anda ketika di dunia memberi nama yang baik telah berprasangka baik kepada Allah atas nama-nama asma-asma-Nya. Bukankah begitu ajaran Islam, bahwa Tuhan meletakan prasangka kepada hamba-Nya, jika prasangka baik maka baik hamba-Nya, jika tidak baik tidak baik hamba-Nya.
Kembali ke pokok pembahasan bahwa nama “Ainun Najib” kini menjadi tranding topic gara-gara disebut nama nya oleh orang nomor satu di Indonesia saat ini. Ainun Najib menjadi viral pasca pengukuhan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama di Balikpapan, Kalimantan Timur. Ainun najib yang dalam bahasa Indonesia mempunyai arti “mata yang berwibawa” benar-benar membuka mata bahwa NU sebenarnya mempunyai kader-kader yang berwibawa yang siap meneruskan estafet kepemimpinan NU dalam usianya satu abad. Di usia satu abad ini, dan di era milenial dimana era informasi dan transparansi membutuhkan orang-orang yang mempunyai pandangan mata yang tajam, tepat dan akurat dalam menyambut dan memformulasikan segala informasi menjadi sesuatu yang bernilai positif. Karena di era ini, nasib suatu organisasi, bangsa dan negara sangat tergantung pada kemampuan me-manage derasnya informasi yang melebihi cepatnya pernafasan kita.
Semua orang kaget. Jokowi yang terlihat sederhana dalam berpidato mampu menempatkan diksi yang tepat pada kata “ainun najib”, “kader NU”, dan “Kiai” sebagai mata rantai masa depan NU sebenarnya tidak bisa terlepas dari tiga hal : pertama, Sumber Daya Manusia [SDM] yang berkualitas; kedua militansi terhadap nu dan hidup untuk memperjuangkan keagungan NU bukan mencari makan di NU dan yang ketiga NU tidak boleh lepas dari kekuatan ruhaniyah organisasi yaitu otoritas dari para kyai-kyai yang ‘alim ‘alamah dan menjaga akhlak al-karimah.
Dan saya yakin, jika pengurus PBNU yang baru “tancap gas” untuk itu, saya optimis masa depan NU akan menjadi “Ainun Najib” yaitu semua mata akan melihat keagungan dan kemulyaan NU sebagai penjaga jagat yang merawat peradaban dunia yang ramah, toleransi dan bermartabat.